Gangguan Bernama Gita Wiryawan


Pagi yang suram adalah pagi dengan ceramah Mamah Dedeh. Bagi saya, melihat dan mendengarkan ceramah Mamah Dedeh (yang digemari simbah saya) di televisi sama artinya dengan merusak pagi. Volume suara yang tinggi saat menghamburkan kata haram, tidak boleh, munafik, dosa, dan lain-lain membuatnya seolah setiap kata tadi diakhiri sepuluh tanda seru. Jauh lebih keras dari teriakan orasi mahasiswa yang protes kenaikan harga.


Untungnya saya hanya perlu mendengarkan ceramah Mamah Dedeh saat sedang menemani simbah saya. Di luar rumah simbah, saya sudah terbebas dari penyebab suramnya pagi.



Tapi di Jogja, pagi saya berbeda… Pagi terbakar dengan lagu yang berapi-api, memenuhi dapur terbuka di rumah kontrakan. Sambil menyeduh teh panas untuk kemudian menemani menjelajah dunia maya, membuka beberapa akun sosial media, mengamati linimasa, membaca berita.

Tapi kini, setelah jauh dari Mamah Dedeh, ada lagi yang membuat pagi menjadi suram. Bukan, bukan ESBEYE kok. Kalau dia sih, ora usah digagas. Kali ini pagi suram karena Gita Wiryawan. Si calon presiden cum menteri perdagangan berwajah lumayan. Dia memang tidak berteriak-teriak memekakkan, tapi kemunculannya di mana-mana jauh lebih memuakkan.



Gita selalu nongol di mana-mana. Di linimasa twitter, di iklan muka facebook, di situs-situs tak dikenal yang tiba-tiba bermunculan, di berita media massa, di konser 30 tahun Slank, di acara penutupan Java Jazz, di Jakblues. Duh...



Saat membuka laman facebook, saya terpaksa harus melihat iklan page dari Gita yang meminta saya, Anda, dan jutaan lain pengguna facebook untuk menyukainya agar dia bisa semakin sering memperlihatkan senyumnya (yang memang terlihat lebih menawan ketimbang senyum Roy Suryo) di beranda kita. Masih ditambah dengan iklan dari situs-situs berita dengan judul menarik yang ternyata saat saya klik membawa ke tautan website resmi Ayo Gita Bisa! Duh…



Saya, mungkin lebih mengganggu linimassa teman-teman saya di facebook, atau para penguntit saya yang tak seberapa jumlahnya di twitter. Tapi, mereka semua bisa dengan mudah mengeluarkan saya dari jaringan pertemanan, atau berhenti menjadi follower. Sesederhana itu. Tapi menghilangkan Gita dari laman demi laman dunia maya yang saya buka rupanya tak semudah berhenti menjadi follower akun instagram Bu Ani. Situs-situs jebakan itu adalah salah satu tipuannya!



Begitu juga di berita-berita media massa, yang memberitakan Pak Gita sedang ke pasar, sedang menyampaikan pendapat di KTM WTO (yang banyak diprotes karena tidak melindungi negaranya), sedang bermain musik, sedang berfoto dengan artis yang mendukungnya, sedang… mbuh opo meneh.





Gaya kampanye Gita ini terpaksa saya mirip-miripkan dengan gaya kampenye SBY tahun 2004 silam. Saat itu SBY tampil di ajang pencarian penyanyi (tapi yang terkenal malah MCnya) dan menyanyikan lagu Pelangi milik Jamrud. Dengan suaranya yang fals dan penampilan yang digagah-gagahkan, terbukti membuat banyak ibu-ibu dan remaja kesengsem lalu mencoblosnya di pemilu. Berbeda dengan ibu-ibu yang mendukung SBY karena dia terlihat gagah, teman saya saat itu berkata, “Pilih SBY donk, soalnya dia gaul”. Bayangkan! Orang Indonesia memilih presiden hanya karena dia terlihat gagah, menyanyi di panggung dan terlihat gaul. Demokrasi gila macam apa ini?


Nah, tampang SBY yang berkantung mata dan body yang kurang langsing saja bikin ibu-ibu dan para kimcil terpana, opo meneh Gita Wiryawaaannnnn… Duh,



Apa pula yang sedang terjadi sampai-sampai para selebritis bisa mendadak akrab dengan Gita? Saya tak habis pikir kenapa Slank mengundang Jokowi, Roy suryo, dan tentu saja Gita Wiryawan? Dengan basis massa yang sangat besar di seluruh penjuru Indonesia, apa Slank rela kalau para slankers menganggap Slank mendukung para politisi itu. Terlebih Gita Wiryawan yang sudah jelas ngebet jadi Presiden. Saya juga bingung kenapa Glen Freddly mendukung Gita. Glenn yang selama ini saya ketahui sebagai selebritis yang rajin kampanye sosial dan lingkungan, tiba-tiba mendukung Gita yang rajin impor bahan makanan. Bagaimana mungkin dua selebritis yang konon selalu membawa isu sosial bisa mendukung mentri sekaligus calon presiden yang masih saja impor garam.



Apa para selebritis lupa dengan anjuran pak mentri perdagangan ini yang menganjurkan supaya rakyat Indonesia diet makan nasi untuk mengurangi impor beras. Menteri jenius mana yang menyelesaikan masalah impor beras dengan meminta rakyatnya diet, bukannya kerja bareng mentri yang lain agar produksi beras naik. Cuma Gita tentu saja.


Kalau-kalau Gita nantinya benar-benar jadi kepala negara, selamat deh buat rakyat Indonesia. Punya presiden tampang lumayan dan pinter main piano. Pasti membanggakan, ya! Meski nanti kita disuruh mengencangkan ikat pinggang jika lapar.


Malam ini saya berdoa, semoga besok pagi tidak melihat Gita.


Oh ya, Pemilu depan saya golput lagi.










0 komentar :

Posting Komentar

 

Mengenai Saya

follow my insta

Instagram

Protect Paradise

Blogger templates