Arung Jeram Pekok-Pekokan



Gelap telah menyergap suatu desa di pinggiran sisa ibukota Kerajaan Mataram Islam di Jawa. Gerimis yang turun sejak sore menambah sepi. Tiba-tiba sebuah mobil jeep berhenti di depan sebuah rumah seorang penduduk. Pengemudi mobil itu segera memasuki rumah dan memaksa satu-satunya penghuni untuk masuk ke dalam mobil. Satu jam kemudian, mobil itu sampai di pinggir sungai yang konon adalah aliran yang mengantarkan air gunung ke danau purba. Malam itu, penculikan telah terjadi.


Eh opo iki? tenang, ini bukan gestapu, bukan pula gestok. Ini hanya dramatisasi keberangkatan saya menuju Sungai Elo di Magelang, Jawa Tengah. Maklum, namanya juga dramatisasi, jadi banyak yang saya lebih-lebihkan. Pertama, saat momen dijemput itu gerimis sudah selesai dan tentu saja tidak senyap karena sedang ada perayaan malam tahun baru di seluruh penjuru kota. Kedua, saya dijemput dengan motor matic, bukan mobil jeep. ketiga, tak ada paksaan, justru malah suka rela. Toh kalau dipaksa pun, saya pasti korban yang berbahagia. hahahha.

ini fotonya ngambil dari twitter @raftingmagelang


Beberapa menit sebelum pergantian tahun, kami tiba di Magelang. Karena kami berdua sama-sama tidak tahu di mana lokasi basecamp ditambah dengan singa dalam perut yang meraung, maka mampirlah kami di angkringan sambil menunggu rombongan dari Solo datang. Duhai bapak penjual angkringan, semoga Anda masuk surga.


Esok paginya, rombongan dibagi menjadi dua tim. Tim pertama melakukan pengarungan pagi yang diisi oleh pemuda pemudi harapan bangsa, sementara tim kedua diisi oleh pasukan hedon pencari kesenangan yang akan mengarungi jeram Sungai Elo di siang hari. Kami memang cuma sewa satu 1 set perahu dengan tarif Rp 350.000, boleh dipakai berulang-ulang seharian. Ngirit, kan!


Setelah melakukan pemanasan, dokumentasi foto seadanya, dan tanpa sarapan, tim pertama segera turun ke sungai. Tentu saja mereka tidak boleh langsung bersenang-senang di atas perahu. Sebagai generasi harapan bangsa, maka setiap awak diwajibkan renang jeram terlebih dahulu. ahahhhahahha… Selamat!

Penggembala Perahu



Selesai melepas kepergian tim pertama, kami segera melaju ke rest area untuk menghadang demi memberi makan dan minum tim yang sedang ngarung . Tapi tunggu, terjadi demontrasi dalam perut kami! Sebagai pihak yang selalu mengakomodir kepentingan dan keselamatan setiap bagian anggota tubuh, maka kami melipir ke warung makan. Begitulah, hidup ini indah sodara-sodara! Ojo dipikir abot-abot!


Nah, setelah makan cepet-cepetan, barulah kami ke rest area. Sampai di sana, olalaaa….. saya yang sudah lama sekali tidak arung jeram di sungai ini jadi kecewa. Rasanya mirip dikecewakan lelaki pujaan hati. Bagaimana tidak, rest area yang dulunya bersih dan menyenangkan, sekarang dipenuhi batok kelapa muda dan sampah non organik lainnya yang menggunung di pinggir sungai. Bau busuk akan senantiasa menemani saat kita singgah dan menikmati (atau tidak) kelapa muda yang segar. Aku sedih.


Ah menyebalkan, merusak suasana liburan. Lupakan! Tapi sebelumya, rekam dulu kondisi rest area tadi, untuk bekal menyebar kabar di dunia maya. Bah! Mari lanjutkan acara bersenang-senang. 









sampahnya banyak ya, sepertinya penyedia kelapa muda yang di rest area harus dilarang buang sampah di situ.


Giliran tim kedua tiba. Sudah jam 2 siang. Dengan dinahkodai oleh skipper yang masih belajar (dan lelah karena udah 2 trip), membuat adrenalin semakin terpacu. Saya siap lahir batin untuk nge-wrap, nyangkut, terbalik, dan lain-lain. Gusti Allah selamatkan hambamu ini. Eh ada skipper yang serius dink, tapi doi cuma mendampingiiiiii dan menyerahkan kendali pada anak didiknya. Ini akan seru!

ini berdoa beneran, lho. ciyus. Tapi ya order difoto juga :)

don juan



Karena kami tim penggembira, maka sesi fotonya diperbanyak dan tak ada paksaan renang jeram. hahaha! Meskipun begitu, rupanya ngarung biasa dianggap kurang menarik. Saat melihat ada jembatan bambu di atas sungai maka kami (kecuali saya dan duo skipper) memutuskan untuk lompat dari atas jembatan ke sungai. Sejujurnya, ini indikator masa kecil kurang bahagia.


Selama ngarung, entah berapa kali kami nge-wrap, sempat juga nyangkut di rumpun bambu dan terpaksa harus lining perahu. Oh noooo, untung ga harus protaging. Dan sekali lagi untung ga ada insiden perahu terbalik. Perahu memang terbilang selamat, oleh karenanya kami memutuskan untuk dengan sengaja membalikkan perahu. Huahahha! Maka dilakukanlah flip flop. Demi apa? demi bikin seru. Itu saja.


Oh ya, skipper kami rupanya lapar akut. Saat melihat ada makanan mengambang di air yang dilempar tim pertama dari jembatan, dia langsung meninggalkan perahu lalu berenang mengejar makanan itu. Betapa…



wajah sumringah setelah dapat makanan


Sore-sore sekitar jam empat, di sepanjang Sungai Elo banyak yang lagi mandi. We call it, BONUS! kadar kebugilannya bervariasi, antara 30 - 100 %. Yang menyedihkan, dari sekian banyak yang  terlihat, tak ada yang mirip Johny Depp atau Tio Pakusadewo. Nihil.


Menjelang magrib kami sampai di finish. Tanpa senja mengantar karena sejak pagi gerimis. Bagaimanapun, kami melewati hari yang indah di hari pertama tahun 2014. Semoga setahun ke depan seindah hari ini.


By d way, kami ga punya foto yang sedang keren menghadapi jeram. Maklum, ga ngikut operator. Fotografer bawaan juga ngilang :(





1 komentar :

  1. hahaha... itu kenapa makin banyak sampah, gmana ini, gak serulah kali ELO

    BalasHapus

 

Mengenai Saya

follow my insta

Instagram

Protect Paradise

Blogger templates