Perburuan Mainan Masa Kecil (bagian I)


Beberapa waktu lalu, pas beli coklat di Kotagede, aku lihat burung-burungan dari daun pandan kering dijadiin properti dalam toko coklat. Mendadak anganku melayang menuju masa kecil. Masa-masa di mana hari-hariku akrab dengan mainan tradisional. Barang yang nyaris susah ditemui di era digital seperti sekarang. Seperti Burung Enggang di Kalimantan yang hampir punah. Sejak hari itu, aku berburu mainan jadul alias jaman dulu!
Target utamaku yang pertama adalah burung-burungan itu tadi. Hari demi hari, menyambangi dari satu pasar ke pasar lain, tapi ga ketemu. Duh, wahai penjual burung-burungan, di manakah engkau berada? Hampir punahkah engkau, sampai begini susah aku menemukanmu.
Tapi semesta selalu punya kejutan untuk penghuninya, di saat aku sudah mengeliminasi burung-burungan dari daftar pencarian utama, eh malah dia nongol! Bahkan aku merasa, dia yang menemukanku, bukan sebaliknya. Dan bukan di pasar, tapi di jalanan. Jalan protokol pula! Si bapak penjual sedang menyeret berpuluh-puluh dagangannya yang cuma satu jenis itu. Duuhh, bahagianya aku.
Ternyata burung-burungan ini bukan produk lokal, tapi diimpor dari Lamongan. Wow, Lamongan bukan cuma tentang penjual pecel lele rupanya. Si bapak ini semacam pedagang sutera dari India yang bepergian menjajakan dagangannya, cuma beda komoditas dan asal muasal aja. Kalo si doi ini dari Lamongan, dan komoditasnya bukan sutera melainkan burung-burungan dari daun pandan kering nan eksotis.
Aku beli 9 biji, aku pajang di beberapa sudut rumah. Ada yang di atas televisi, di atas rel gorden, dan jadi pajangan daun pintu. Manis. Ahahahha....


burung bisu dari daun 

Selain burung bisu itu, aku juga telah menemukan (lagi-lagi tanpa sengaja) mainan tradisional dari cangkang bekicot. Entah apa nama sebenarnya. Tapi waktu kecil aku menamainya “othok-othok”. Mainan ini memang untuk dibunyikan, dan suara yang keluar semacam yaaaaa othok-othok itu.
Aku ketemu sama Kang Mas penjualnya di depan SD. Sekolahnya belum bubaran, jadi sepi. Ga tau juga deh kalo muridnya keluar, pada beli apa engga. Si othok-othok dari bekicot ini murah banget lho, cuma Rp 1000,-. Bayangkan! Seharga kita parkir motor di depan ruko foto copy. Moga-moga laris ya mas.
Itu dua makhluk mainan tradisional yang aku punya. Perburuan selanjutnya akan segera saya laporkan. Sekian!  


"othok-othok" dari rumah bekicot

0 komentar :

Posting Komentar

 

Mengenai Saya

follow my insta

Instagram

Protect Paradise

Blogger templates