Jogja, Never Ending Asiknya!


              Yogyakarta adalah pintu gerbang lorong waktu, pertemuan antara masa pra sejarah dan modern, menghubungkan zaman megalitikum pada peradaban kuantum.

Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sejarah panjang Kerajaan Mataram Kuno yang menguasai Pulau Jawa lebih dari 13 abad yang lampau. Saat itu dua dinasti berebut pengaruh menguasai Nusantara. Mereka adalah Dinasti Sanjaya dan Syailendra. Kini, di abad 21, peninggalan dua dinasti tersebut masih bisa dinikmati di kawasan DIY. Sebut saja Candi Borobudur, Prambanan, Kalasan, Ijo, dan sederet candi-candi lain yang bertebaran di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Bukan hanya peninggalan Mataram Kuno yang bisa dijumpai, situs-situs sejarah Mataram Islam pun bisa disambangi. Bahkan kita bisa berkuncung ke Keraton yang merupakan tempat tinggal Raja Yogyakarta saat ini.
Wisata sejarah adalah secuil dari beragam jenis wisata yang bisa dicicipi di Yogyakarta. Dengan luas 3.185,80 km2 memang bukan wilayah yang luas untuk ukuran sebuah provinsi. Tapi tengoklah apa yang dimiliki kota ini. Bentang alam DIY terbilang kaya. Di bagian utara terdapat Gunung Merapi yang sekaligus menjadi pagar pembatas dengan Propinsi Jawa Tengah. Pegunungan Menoreh berbaris apik di bagian Barat, sementara di bagian Timur dan Selatan dijaga Kawasan karst Pegunungan Sewu serta dahsyatnya ombak Samudera Hindia.
Dari kondisi alam yang demikian, Yogyakarta mempunyai ratusan titik wisata alam. Sebut saja Gunung Merapi yang menjadi destinasi wajib wisata alam. Wisatawan bisa melakukan pendakian, bersantai di lereng, atau menikmati lava tour sebagai sisa-sisa erupsi besar gunung berapi ini yang menelan ratusan korban jiwa di tahun 2010 silam. Puas dengan hawa dingin pegunungan, arahkan kompas ke selatan. Puluhan pantai telah menunggu. Di sisi selatan bagian barat, pantai berpasir hitam yang merupakan material bawaan aliran sungai dari gunung Merapi. Inilah Pantai Parang Tritis yang terkenal dengan Legenda Ratu Kidul. Di dekat Pantai Parangtritis terdapat dataran luas Gumuk Pasir yang menyerupai gurun pasir. Sedangkan pesisir selatan bagian timur didominasi pantai berpasir putih yang merupakan koral purba. Ya, daerah ini memang kawasan karst. Ada sekitar 50 pantai, sebut saja Pantai Sadranan, Krakal, Indrayanti, Pok Tunggal, Kukup, Baron, Sepanjang, Siung, dan lain-lain. Semua itu adalah pantai berpasir putih yang dihiasi tebing-tebing karst. Bahkan Pantai Siung sering menjadi tempat berlatih dan turnamen panjat tebing nasional maupun internasional.
Selain Gunung dan Pantai, Yogyakarta kaya akan Goa. Terdapat puluhan goa vertikal maupun horisontal yang siap dijelajahi para caver. Untuk wisata goa, cobalah kunjungi Goa Pindul, Luweng Jomblang, dan Kalisuci di daerah Gunung Kidul. Tak perlu menjadi penelusur goa profesional, sekarang ini terdapat banyak penyedia layanan jasa penelusuran goa yang siap membawa pengunjung menyusuri lorong-lorong gelap goa dan derasnya arus sungai bawah tanah yang tersembunyi di balik dataran tandus Gunungkidul. Masih di wilayah Gunungkidul, Anda bisa datang ke sisa Gunung Api Purba Nglangeran. Berbeda dengan kawasan Gunungkidul yang biasanya dataran tandus penuh batu tajam karst, di Nglangeran anda akan jumpai ratusan batuan andesit dari ukuran kecil hingga raksasa yang bisa didaki.
Bukan hal yang mudahmemang untuk bisa mencapai tempat-tempat terpencil tadi karena letaknya di pinggiran Yogyakarta dan jarang sekali ada angkutan umum. Namun hal tersebut bukan masalah karena di Yogyakarta bertumpuk daftar persewaan kendaraan. Entah itu motor, mobil, bahkan sepeda. Ambillah uang Rp 150.000,- dari dompet, maka Anda sudah bisa membawa sebuah mobil untuk durasi waktu 12 jam, atau bisa lebih hemat bila menyewa untuk 24 jam, hanya Rp 200.000,-. Bisa juga sekalian meminta sopir bila Anda tidak paham rute, tentu dengan biaya tambahan.
Untuk tempat menginap tak perlu juga membawa tenda ke mana pun Anda pergi. Ada deretan daftar penginapan kelas backpacker bertarif Rp 50.000,- per malam hingga standar selebritas yang harganya jutaan semalam. Tempatnya pun menyebar tidak hanya di kota tapi juga di tempat-tempat terpencil di mana terdapat titik destinasi wisata.
Wisata Yogyakarta bukanhanya gunung, pantai, goa, dan kekayaan alam pemacu adrenalin lainnya. Sebagai kota budaya, Yogyakarta menyuguhi para pelancong yang haus akan rasa guyup, tenang, dan magis. Buku Lonely Planet bahkan menyebut Jogja sebagai jiwa dari Pulau Jawa. Bagaimana tidak, di kota ini penduduknya masih memegang teguh ajaran nenek moyang sebagai laku hidup. Ritual-ritual dilakukan bukan semata-mata untuk menarik wisatawan namun juga karena kebutuhan spiritual rakyatnya. Upacara-upacara sedekah bumi, penghormatan pada alam semesta dan leluhur, serta kepatuhan rakyat pada rajanya menambah suasana tentram Yogyakarta. Dan semua itu bisa bersanding harmonis dengan laju zaman yang tak terbendung.
Sebagai kota pelajar di mana terdapat ratusan lembaga pendidikan, kota ini menarik minat para pemuda dan pemudi dari seluruh penjuru Indonesia untuk datang menimba ilmu, menjadikan suasana kotabernuansa muda dan dinamis. Hal ini turut mewarnai dinamika kehidupan Yogyakarta yang beragam, komposisi unik kehidupan tradisional dan modern. Kehadiran muda-mudi ini dimanfaatkan oleh para pengusaha kuliner dan tempat nongkrong. Di berbagai penjuru kota, bisa dengan mudah dijumpai angkringan dan warung kopi berbagai tipe, dari yang bergaya sederhana hingga berinterior mewah. Keduanya sama-sama menyenangkan dijadikan tempat nongkrong, kebanyakan siap melayani pelanggan 24 jam non stop. Penjaja kuliner tradisional pun bukan hal langka, memperkaya destinasi wisata kuliner Yogyakarta. Beberapa penjual makan tradisional masih menjual dagangannya di rumah mereka, merasakan makan di dapur sang juru masak bisa membuat sensasi petualangan kuliner semakin istimewa.
Meskipun terlihat hobi nongkrong, namun tidak sedikit warga Yogyakarta yang menjadikan arena nongkrong ini sebagai tempat rapat dan diskusi yang hasil akhirnya bisa kita lihat di rak toko buku, gedung pertunjukan, sudut-sudut jalan, atau galeri seni. Ya, Yogyakarta memang kota seni. Berbagai pertunjukan teater, musik, serta pertunjukan lainnya sering digelar. Setiap pojok jalan adalah galeri, hamparan sawah adalah arena pertunjukan. Semua seniman bebas memajang dan menunjukkan karyanya.
Benar kata Katon Bagaskara dalam lagunya Yogyakarta itu, “Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna”. Sepertinya butuh waktu seumur hidup untuk menelusuri setiap destinasi wisatanya, dan butuh seluruh hati untuk merasakan jiwa Yogyakarta.


1 komentar :

  1. jangan lupa yaaa..kalo ke jogja foto-foto tuh..semua obyek wisata...and gak perlu ribet, sewa aja kamera di FOKUS RENTAL KAMERA JOGJA : http://sewarentalkamerayogya.blogspot.com/

    BalasHapus

 

Mengenai Saya

follow my insta

Instagram

Protect Paradise

Blogger templates